Selasa, 13 Desember 2011

Dialah yang Kau Inginkan

By: Iffah Diharja


Hari ini, kau memang disana.
Di sudut ruangan tempat ku berada.
Rasa hati memang ingin di dekatmu.
Merasakan kembali gurauan kita dulu.
Bahkan aku ingin membuatmu tersenyum.

Bisa saja kali itu aku memandangimu seharian.
Membuatmu tahu perasaan itu masih ada.
Namun egoku lebih dominan.
Karena kau lebih sering membuatku terbakar,
Dari pada membuatku tersanjung.
Dan,
Kau semakin tak dapat terpisahkan dari Dia.
Setiap ku melihatmu, saat itu pula aku melihatnya.
Kau tak tahu bagaimana perasaanku kala itu.
By: Iffah Diharja
Mungkin kau tak sadar, sedang mempermainkan hati orang.
Ketika aku begitu menginginkanmu,
Kau terlalu mahal untukku.
Namun ketika aku menjauh dan mencoba mengacuhkanmu.
Seakan  kau berusaha membuatku kembali terpikat.
Dan begitu seterusnya.
Seakan aku tak ada harganya di matamu.
Tak ingin, hanya karena perasaan ini,
Aku kau pandang begitu rendah,
Itulah aku.

Tetapi,
Untuk kesekian kalinya,
Aku memang terpikat.
Betapa bodohnya aku.
Jatuh dalam lubang yang sama, berkali-kali.

Namun kali ini,
Aku tak ingin kau menganggapku mudah saja kau buat terpikat.
Meski itu kenyataannya.
Maka, aku tetap mengacuhkanmu hari ini,
Aku hanya ingin kau menghargaiku.
Menghargai perasaanku.
Serta membalas rasa ini.

Mungkinkah kau?? (Love Story)

By : Iffah Diharja

By: Iffah Diharja

Saat detik berganti detik,
Saat itu pula aku merindukanmu,
Semakin ku merindukanmu,
Semakin tinggi khayalku tentangmu,
Dan aku sadar, semakin aku mengkhayalkanmu,
Akan semakin tinggi rasa kecewaku kelak.

Ketika malam tiba,
Ketika sang bintang telah hadir,
Ketika sang Rembulan tersenyum,
Ketika itu pula bayangmu semakin melekat,

Malam ini,
Aku terlalu merindukanmu,
Semakin larut, semakin tinggi perasaan itu,
Mungkinkah kau??

Malam ini, aku menunggu hadirnya mentari.
Pagi yang cerah, pembawa semangat.
Karena esok, aku akan bisa melihatmu lagi.
Meski dari jauh.
Aku ingin menjumpaimu dengan senyum semangat.
Aku ingin kau menyambutku,
Meski hanya dengan isyarat.
Itu akan sangat berarti.
Untuk menambah rasa semangatku.

Taukah kau,
Kalau saja saat ini kau meminta ruang hatiku hanya untukmu,
Maka akan ku berikan. Bahkan ketika kau minta.
Namun jika aku yang meminta sedikit ruang di hatimu,
Akankah kau berikan?

Terkadang aku ingin mengungkapkan rasaku ini,
Tapi tak mungkin.
Aku tak punya cukup nyali untuk melakukannya.
Kalau saja kau menanyakannya,
Maka tentu aku akan menjawabnya.
Namun kenyataannya, kau tak pernah bertanya padaku,
Justru kini kau semakin jauh,
Semakin jauh pula harapanku,

Ingin aku bertanya,
“Adakah aku dihatimu?”
Atau paling tidak,
“Pernahkah aku di hatimu?”
“pernahkan aku membersit dalam pikiranmu?”

Dan ingin ku teriakkan
“Boy,,, I just want you...”

Untukmu yang Telah Bersamanya (Love Story)

By : Iffah Diharja

Setelah beberapa hari aku tak melihatmu,

Rasanya rindu juga.

Dan hari ini, aku kembali melihatmu disana.

Cukup mengobati rasa rinduku.

Namun sangat singkat.

Aku tak mau terlalu lama memandangimu.

Karna telah ada Dia di dekatmu.

Tak mau terlalu kecewa.

Karena sepertinya memang bukan aku yang ada di hatimu.

Sepertinya Dialah yang kau inginkan.

Namun mengapa kau juga memberiku sepercik harapan?

Apa karna kau benci padaku?

Sehingga kau selalu ingin membuatku kecewa.

Setelah kau berikan harapanmu padaku, lalu kau serahkan ragamu untuknya.

Aku tak tahu, apakah aku pernah ada di hatimu.

Jujur ku katakan, memang itulah yang ku inginkan.

Namun sepertinya hal itu terlalu mustahil untuk terjadi.

Terlalu sulit untuk diterima akal sehat.

Dan terlalu berani untuk aku mengaatakannya.

Kalaupun itu terjadi,

Kalaupun aku pernah ada dihatimu,

Kini kau telah mengusirku dari ruang hatimu.

Kini kau tak akan pernah lagi di dekatku.

Seperti dulu. Yang membuatku merasa bahagia.

Kini telah ada dia, yang tentu kau inginkan.

Kini telah ada dia, yang sepertinya juga menginginkanmu.

Kini kau jauh dariku.

Aku melihatmu begitu dekat dengannya,

Aku melihatmu, yang begitu senang dengannya.

Hingga aku mulai berfikir, memang aku tak pernah ada di hatimu.

Dan mungkin itulah kenyataannya.

Maaf, aku pernah mengharapkanmu.

Maaf, aku masih juga mengharapkanmu.

Maaf, jika memang aku mengganggu ketenanganmu.

Maaf, jika aku benci melihatmu dengannya.

Dan kini aku sadar, bahagia karnamu adalah kekecewaan yang tertunda.